Warga Rusia Ramai-ramai Tinggalkan Suriah Dengan Pesawat

Warga Rusia Ramai-ramai Tinggalkan Suriah dengan Pesawat




Rusia mengirim dua pesawat penumpang untuk mengevakuasi warga negara Rusia di Suriah
iNILAH.COM, Moskow – Kementerian Urusan Keadaan Darurat Rusia mengirim dua pesawat penumpang untuk mengevakuasi warga negara Rusia pada hari Selasa, ujar juru bicara kementerian ini Irina Rossius, Senin (21/1/2013).
 
Sesuai instruksi dari pemerintah Rusia, kementerian urusan keadaan darurat mengirim dua pesawat, yakni sebuah pesawat jenis Il-76 dan satu lagi Yak-42 ke Beirut (ibu kota Lebanon) sehingga warga negara Rusia bisa meninggalkan Suriah,” katanya seperti ditulis RIA Novosti.

Dua pesawat ini dapat menggangkut total 100 penumpang. Berita ini sebenarnya sudah berembus seminggu setelah Konsulat Jenderal Rusia di Aleppo, barat laut Damaskus, ditutup. Pertempuran yang menggila antara tentara pemerintah dan pasukan pemberontak, antara lain pemboman Universitas Aleppo, menyebabkan konsultat Rusia di kota bisnis itu ditutup . Sementara Kedutaan Besar Rusia di ibu kota Damaskus tetap buka.

 

Evakuasi warga negara Rusia juga bisa dialakukan melalui pangakalan angkatan laut Suriah di Tartus. Pangkalan ini dipakai oleh Angkatan Laut Rusia sebagai fasilitas perbaikan kapal-kapal perang Suriah dan Rusia.

Armada Angkatan Laut Rusia kini sudah berada di Laut Tengah, yang terus memantau perkembangan di Suriah. Bila keadaan semakin genting di Suriah, dalam waktu sehari kapal-kapal Rusia bisa merapat di pangkalan Tartus.

 

Rusia dan Iran dikenal sebagai penyokong utama rezim Bashar al-Assad. Kedua negara ini berkepentingan dengan Suriah karena ingin menyalurkan dan menjual minyak serta gas mereka ke Eropa yang pipa-pipanya harus melewati wilayah Suriah.

Tentu saja negara-negara Arab yang kaya minyak dan banyak perusahaan AS yang bergerak di sektor minyak dan gas tak mau dipotong kepentingannya oleh Rusia dan Iran.

Di level PBB, Rusia dan China rajin menggunakan hak vetonya terkait dengan masalah Suriah ini, sehingga dua utusan khusus Liga Arab PBB (Kofi Annan dan penggantinya Lakhdar Brahimi) terpaksa tak efektif menjalankan misinya